Pesta Demokrasi yang Penuh Polemik
tentang demokrasi yang penuh polemik. Kebetulan saya sebagai anggota PPS di desa Minakarya. Jadi cukup menyita waktu. Itupun DPT yang kita susun masih banyak kekurangannya.
Terbukti dengan adanya warga Minakarya yang tidak terdaftar di DPT dan tidak mendapatkan formulir C6. Padahal kita sudah bekerja sangat extra. Tetapi apalah daya kalau manusia tidak luput dari kekurangan.
Saya pribadi berpendapat bahwa pemilu kali ini sangat luar biasa. KPU Seperti terkesan kurang siap atas dasar hingga mendekati hari H logistik belum juga di distribusikan.
Polemik yang lainnya adalah kotak suara yang aneh bin ajaib. Memang dengan alasan menghemat anggaran KPU membuat kotak suara dengan kardus. Katanya kardus tersebut sangat kuat dan tidak mudah rusak. Tapi yang namanya kardus adalah sesuatu yang terbuat dari kertas dan sangat tidak familiar dengan air.
Kejadian di Bogor membuka mata kita bahwa sekuat apapun kardus di buat, tetap kalah dengan air. Sama halnya sekuat apapun kaca pasti akan kalah dengan intan.
Salah satu polemik pemilu 2019 yang lain adalah banyak kepala daerah yang kampanye dengan dalih saya saya kan kampanye sebagai ketua partai, bukan sebagai bupati atau gubernur.
Terlepas dari hal itu, namanya kepala daerah memiliki power yang kuat untuk mempengaruhi masyarakatnya. Nah power inilah yang di manfaatkan sebagian orang untuk meraup suara.
Kepala daerah juga memiliki power yang kuat dalam mempengaruhi ASN di bawahnya. ASN adalah sasaran empuk kepala daerah dalam meraup suara. Setidaknya ASN memiliki power mempengaruhi pemilih pemula terutama di sekolah dan masyarakat.
Dengan alasan dan nada ancaman kadang ASN ya ikut saja. Takut nanti di pindah ke ujung dunia tanpa signal dan listrik. Yah ikut saja ya. Alasannya "saya punya keluarga yang di tanggung. Rumah sudah disini kalau saya di pindah bagaimana"?
Itulah kenapa dalam aturannya ASN dilarang berpolitik. Karena powernya kuat, maka bisa jadi mempengaruhi pemilih pemula dengan mudah. (Gak nyambung kayaknya).
Saya sendiri sangat tidak setuju jika aparatur sipil negara senang berpolitik. Banyak kejadian heboh jika abdi negara sudah masuk kedalam ranah itu.
Pemilu di luar negeri juga tak luput jadi sorotan. Pemilu yang sudah berjalan duluan ternyata sangat kacau balau dan sepertinya kurang ada persiapan matang. Sehingga banyak masyarakat yang tidak bisa memilih. Salah siapa ?? Salah dimana ?
Jika kita melihat lebih jauh, kenapa kita pusing dengan hal seperti ini ?
Saya pribadi sangat tidak ambil pusing dengan yang begituan. Toh siapa yang jadi juga tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya.
Menurut saya mereka berdua adalah putra-putra terbaik bangsa. Tidak perlu diributkan. Yang mau milih Jokowi yo monggo, dan yang milih Prabowo yo monggo. Jangan mengolok olok menjatuhkan orang lain dan merasa paling baik diantara mereka. Cukup kita memilih dan sudah. Selesai.
Media sosial yang harusnya bisa di gunakan hal bermanfaat malah di gunakan sebagai ajang untuk olok olokan. Makanya saya agak malas buka FB. Malas buka status status aneh yang merasa diri paling benar dan pintar.
Kesimpulan saya adalah kita tidak perlu ambil pusing dengan beginian. Mau milih siapa ya monggo. Tidak perlu saling menjelekkan satu sama lain. Jangan sampai antar teman, antar saudara bermusuhan hanya gara-gara berbeda pilihan.
Intinya adalah kita akan memilih pemimpin 5 tahun kedepan. Nasib bangsa di tentukan dengan sebuah hari bersejarah tanggal 17 april 2019.
Demikian artikel ngawur saya tentang pemilu. Saya sangat tidak mengerti dengan pemilu jadi yah nulisnya ngawur, bahasanya juga ngawur. Maaf yang tersinggung.
Halo sobat blogger. Sudah beberapa hari blog matematika tidak update artikel. Bukan karena sibuk, tapi mungkin lagi malas yah. Saya ingin mencoba menulis artikel ngawur

Terbukti dengan adanya warga Minakarya yang tidak terdaftar di DPT dan tidak mendapatkan formulir C6. Padahal kita sudah bekerja sangat extra. Tetapi apalah daya kalau manusia tidak luput dari kekurangan.
Polemik pemilu 2019
Saya pribadi berpendapat bahwa pemilu kali ini sangat luar biasa. KPU Seperti terkesan kurang siap atas dasar hingga mendekati hari H logistik belum juga di distribusikan.
Polemik yang lainnya adalah kotak suara yang aneh bin ajaib. Memang dengan alasan menghemat anggaran KPU membuat kotak suara dengan kardus. Katanya kardus tersebut sangat kuat dan tidak mudah rusak. Tapi yang namanya kardus adalah sesuatu yang terbuat dari kertas dan sangat tidak familiar dengan air.
Kejadian di Bogor membuka mata kita bahwa sekuat apapun kardus di buat, tetap kalah dengan air. Sama halnya sekuat apapun kaca pasti akan kalah dengan intan.
ASN dan Kepala daerah Kampanye Mendukung salah satu pasangan calon
Salah satu polemik pemilu 2019 yang lain adalah banyak kepala daerah yang kampanye dengan dalih saya saya kan kampanye sebagai ketua partai, bukan sebagai bupati atau gubernur.
Terlepas dari hal itu, namanya kepala daerah memiliki power yang kuat untuk mempengaruhi masyarakatnya. Nah power inilah yang di manfaatkan sebagian orang untuk meraup suara.
Kepala daerah juga memiliki power yang kuat dalam mempengaruhi ASN di bawahnya. ASN adalah sasaran empuk kepala daerah dalam meraup suara. Setidaknya ASN memiliki power mempengaruhi pemilih pemula terutama di sekolah dan masyarakat.
Dengan alasan dan nada ancaman kadang ASN ya ikut saja. Takut nanti di pindah ke ujung dunia tanpa signal dan listrik. Yah ikut saja ya. Alasannya "saya punya keluarga yang di tanggung. Rumah sudah disini kalau saya di pindah bagaimana"?
Itulah kenapa dalam aturannya ASN dilarang berpolitik. Karena powernya kuat, maka bisa jadi mempengaruhi pemilih pemula dengan mudah. (Gak nyambung kayaknya).
Saya sendiri sangat tidak setuju jika aparatur sipil negara senang berpolitik. Banyak kejadian heboh jika abdi negara sudah masuk kedalam ranah itu.
Kacaunya pemilihan di luar Negeri
Pemilu di luar negeri juga tak luput jadi sorotan. Pemilu yang sudah berjalan duluan ternyata sangat kacau balau dan sepertinya kurang ada persiapan matang. Sehingga banyak masyarakat yang tidak bisa memilih. Salah siapa ?? Salah dimana ?
Jika kita melihat lebih jauh, kenapa kita pusing dengan hal seperti ini ?
Saya pribadi sangat tidak ambil pusing dengan yang begituan. Toh siapa yang jadi juga tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya.
Siapa yang paling baik ? Jokowi atau Prabowo ?
Menurut saya mereka berdua adalah putra-putra terbaik bangsa. Tidak perlu diributkan. Yang mau milih Jokowi yo monggo, dan yang milih Prabowo yo monggo. Jangan mengolok olok menjatuhkan orang lain dan merasa paling baik diantara mereka. Cukup kita memilih dan sudah. Selesai.
Media sosial yang harusnya bisa di gunakan hal bermanfaat malah di gunakan sebagai ajang untuk olok olokan. Makanya saya agak malas buka FB. Malas buka status status aneh yang merasa diri paling benar dan pintar.
Kesimpulan
Kesimpulan saya adalah kita tidak perlu ambil pusing dengan beginian. Mau milih siapa ya monggo. Tidak perlu saling menjelekkan satu sama lain. Jangan sampai antar teman, antar saudara bermusuhan hanya gara-gara berbeda pilihan.
Intinya adalah kita akan memilih pemimpin 5 tahun kedepan. Nasib bangsa di tentukan dengan sebuah hari bersejarah tanggal 17 april 2019.
Demikian artikel ngawur saya tentang pemilu. Saya sangat tidak mengerti dengan pemilu jadi yah nulisnya ngawur, bahasanya juga ngawur. Maaf yang tersinggung.
Posting Komentar untuk "Pesta Demokrasi yang Penuh Polemik"